Tetap Cerdas di Era AI: 3 Langkah agar Tidak Kehilangan Kemampuan Berpikir Kritis

Dikutip dari beberapa studi dan laporan terkini, setiap pencari kerja kini menghadapi realitas baru: penggunaan artificial intelligence (AI) di tempat kerja berkembang pesat, membantu mempercepat tugas administratif dan analitis. Namun, di sisi lain, sejumlah studi dan laporan mengingatkan adanya risiko: ketergantungan berlebih pada AI berpotensi mengurangi upaya berpikir kritis individu dan mendorong cognitive offloading atau kecenderungan menyerahkan proses berpikir pada sebuah tool. Oleh sebab itu, penting bagi profesional muda untuk mengetahui cara memanfaatkan AI tanpa kehilangan kemampuan dasar berpikir kritis dan kemampuan sosial yang menjadi nilai tambah manusiawi. 

  1. Gunakan AI sebagai alat bantu dan mulailah dengan berpikir sendiri

Langkah pertama adalah mengubah kebiasaan penggunaan AI: gunakan sebagai asisten, bukan sebagai penjawab final. Sebelum meminta bantuan AI, luangkan beberapa menit untuk merumuskan masalah dengan kata-kata Anda sendiri. Proses sederhana ini memaksa otak bekerja, seperti mencatat variabel penting, mempertimbangkan asumsi, dan menjabarkan tujuan. Setelah itu, barulah gunakan AI untuk mempercepat tugas yang bersifat mekanis, seperti merangkum dokumen panjang, menyusun draf awal, atau memformat laporan.

Apabila Anda menerima hasil dari AI, baca dan telaah jawabannya seolah-olah sedang membaca ringkasan dari rekan kerja. Ajukan pertanyaan kritis: apakah asumsi awalnya relevan? Apakah ada data yang hilang? Dengan demikian, AI membantu efisiensi, sementara Anda tetap mengendalikan kualitas pemikiran. 

  1. Perkuat kemampuan dasar dan kemampuan sosial

Langkah kedua fokus pada penguatan kompetensi yang tidak mudah diotomasi: kemampuan dasar berpikir seperti memecahkan masalah, analisis, dan kemampuan sosial (soft skills), seperti komunikasi, empati, kolaborasi, dan negosiasi. Keterampilan ini tetap menjadi pembeda penting antara kandidat yang dapat “digantikan” oleh mesin dan yang memiliki nilai tambah manusiawi.

Praktik yang dapat dilakukan secara praktis:

  • Sisihkan waktu setiap minggu untuk membaca sumber primer atau studi kasus terkait bidang Anda, sehingga pemahaman mendasar tetap terasah.
  • Latih kemampuan menjelaskan ide secara lisan dan tertulis, misalnya dengan membuat ringkasan singkat atau latihan presentasi untuk teman atau kolega.
  • Ikuti kegiatan yang mengasah kerja tim, seperti proyek sukarela, grup studi, atau komunitas profesional.

Kemampuan sosial memudahkan Anda membangun networking, memahami konteks organisasi, dan menavigasi keputusan yang kompleks, area-area di mana AI belum bisa meniru penuh aspek manusia. 

  1. Periksa dan verifikasi hasil AI, jangan langsung menerima begitu saja

Langkah ketiga adalah prosedur verifikasi. AI dapat menghasilkan informasi yang salah, keliru, atau melewatkan konteks. Oleh karena itu, setiap output AI perlu Anda periksa: bandingkan dengan sumber tepercaya, cek angka dan kutipan, dan pastikan konteksnya cocok dengan kebutuhan pekerjaan.

Langkah praktis yang dapat diterapkan:

  • Jika AI memberikan angka atau fakta, cek ulang pada sumber resmi (laporan pemerintah, jurnal akademik, atau database industri).
  • Untuk ringkasan atau rekomendasi, minta AI menunjukkan sumber rujukan atau jalur logika yang digunakan, lalu selidiki bagian yang dirasa meragukan.
  • Sisipkan waktu dalam jadwal kerja untuk fact-checking, misalnya 10–15 menit setelah menerima output penting dari AI.

Menggabungkan ketiga langkah di atas dan penerapannya di tempat kerja

Untuk mempermudah, berikut contoh singkat penerapan kombinasi langkah tadi saat menghadapi tugas menyusun laporan analisis:

  1. Anda merumuskan terlebih dahulu kerangka analisis secara manual (berpikir sendiri).
  2. Gunakan AI untuk merangkum laporan panjang dan mengekstrak data awal.
  3. Periksa kembali angka dan kutipan dengan sumber resmi, lalu tambahkan interpretasi dan insight Anda, misalnya implikasi strategis yang membutuhkan konteks organisasi.

Dengan alur ini, AI mempercepat pekerjaan, tetapi keputusan akhir tetap berbasis penilaian kritis Anda.

Mengelola AI dengan kecerdasan manusia

Era AI membuka peluang besar untuk meningkatkan produktivitas. Namun, tanpa kebiasaan yang benar, alat ini dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis dan empati. Oleh karena itu, terapkan tiga langkah praktis di atas: gunakan AI sebagai alat bantu setelah berpikir mandiri, perkuat kemampuan dasar dan sosial, serta verifikasi setiap hasil AI. Dengan demikian, Anda tidak hanya menjadi lebih efisien, tetapi juga tetap unggul sebagai tenaga kerja yang bernilai dari sisi kognitif dan kemanusia.

 

Informasi lebih lanjut:

Aqilla Sekar Ningrum Prastyo

Corporate Communication

PT Mitra Utama Madani

corcom@mum.co.id

www.mum.co.id