Takut Tergusur Teknologi? Kenali FOBO (Fear of Becoming Obsolete) dan Cara Menghadapinya
Perasaan khawatir akan kehilangan relevansi di dunia kerja disebut juga sebagai FOBO atau Fear of Becoming Obsolete. Perasaan ini menjadi pengalaman yang semakin umum seiring percepatan perubahan teknologi dan pergeseran pola pekerjaan. Kondisi ini bukan sekadar kecemasan individual; apabila dibiarkan, FOBO dapat memengaruhi keputusan karir, produktivitas, serta kesejahteraan mental. Artikel ini menjelaskan akar masalah FOBO, dampaknya terhadap karir, dan strategi praktis yang bisa diterapkan oleh tenaga kerja untuk tetap relevan dan percaya diri menghadapi perubahan.
Apa Itu FOBO dan Mengapa Muncul Sekarang?
FOBO didefinisikan sebagai kekhawatiran bahwa keterampilan atau pekerjaan seseorang akan ketinggalan zaman karena perubahan di dunia kerja, terutama karena kemajuan teknologi seperti artificial intelligence (AI) dan otomatisasi. Kekhawatiran ini wajar saat laju inovasi terasa cepat; sejarah menunjukkan bahwa bentuk pekerjaan terus berubah seiring waktu, sehingga kondisi saat ini merupakan kelanjutan dari dinamika perubahan tersebut. Dengan demikian, FOBO bukanlah fenomena baru dalam esensi, namun intensitasnya meningkat karena kemampuan teknologi modern untuk menggantikan tugas-tugas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan manusia.
Faktor Pemicu FOBO
Beberapa faktor utama yang memicu rasa takut menjadi usang meliputi adopsi teknologi otomatisasi, munculnya AI dalam tugas-tugas rutin, perubahan cepat dalam tuntutan kompetensi industri, serta tekanan pasar kerja yang menuntut fleksibilitas dan pembelajaran berkelanjutan. Selain itu, pergeseran model karir dari pola “satu pekerjaan seumur hidup” ke lintasan karir yang lebih dinamis menempatkan tanggung jawab lebih besar pada individu untuk aktif mengelola perkembangan profesionalnya. Karena itu, kecemasan muncul tidak hanya pada pekerja dengan keterampilan teknis yang ketinggalan zaman, tetapi juga pada siapa pun yang merasa tidak cukup cepat menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru.
Dampak FOBO terhadap Karir dan Kesejahteraan
Efek FOBO bersifat ganda: dari sisi karir, ketakutan berlebihan dapat mendorong pengambilan keputusan impulsif, misalnya berpindah pekerjaan tanpa perencanaan atau sebaliknya, membuat individu enggan mengambil peluang yang membutuhkan pembelajaran. Dari sisi kesejahteraan, FOBO berkaitan dengan kecemasan kronis yang menurunkan konsentrasi dan memicu stres, sehingga produktivitas jangka panjang terancam. Oleh karena itu, penanganan FOBO bukan hanya masalah peningkatan keterampilan teknis, tetapi juga pengelolaan mindset dan kesehatan mental agar perubahan dapat dilalui secara terencana.
Strategi Praktis: Langkah-Langkah untuk Melawan FOBO
Panduan praktis yang direkomendasikan meliputi langkah-langkah terpadu antara pembelajaran keterampilan, penguatan kompetensi interpersonal, perubahan pola pikir, dan pengembangan jaringan profesional. Berikut uraian langkah yang dapat diterapkan secara sistematis:
1. Tetap mengikuti perkembangan teknologi dan tren industri
Pemantauan terhadap perkembangan teknologi yang relevan dengan industri menjadi langkah awal yang rasional. Memahami bagaimana tools baru, seperti AI, dapat dimanfaatkan bisa membuat penyesuaian peran menjadi lebih strategis. Tidak diperlukan keahlian teknis tingkat lanjut untuk seluruh pekerja, tetapi keterbukaan terhadap penggunaan teknologi dan kemampuan menilai penerapannya pada pekerjaan sehari-hari adalah kunci agar produktivitas tidak tergerus.
2. Fokus pada keterampilan berorientasi manusia (power skills)
Beberapa keterampilan sulit untuk sepenuhnya diotomatisasi, seperti komunikasi efektif, kreativitas, empati, dan kolaborasi. Istilah power skills sering dipakai untuk menandai keterampilan-keterampilan ini, yang menjadi pembeda utama antara manusia dan mesin. Mengembangkan kompetensi interpersonal dan kemampuan berpikir kreatif akan memperkuat nilai profesional dalam konteks pekerjaan yang semakin terotomatisasi.
3. Mengubah pola pikir menjadi growth mindset dan pembelajaran seumur hidup
Perubahan karir yang berkelanjutan memerlukan kesiapan mental untuk terus belajar. Mengadopsi growth mindset, yaitu keyakinan bahwa keterampilan dapat dikembangkan melalui usaha dan pembelajaran, mendukung kesiapan untuk upskilling atau reskilling. Sikap proaktif dalam melihat perubahan sebagai peluang untuk memperluas kapasitas profesional akan mengurangi rasa takut dan meningkatkan kontrol atas jalur karir.
4. Bangun networking dan dukungan profesional
Professional networking menyediakan dua manfaat utama: akses terhadap informasi tren dan peluang, serta dukungan emosional saat menghadapi ketidakpastian. Berbagi pengalaman dan strategi dengan rekan seindustri membantu memperoleh perspektif berbeda tentang cara menanggapi perubahan. Kegiatan seperti menghadiri meet-up industri, mengikuti forum profesional, atau bergabung dalam komunitas online dapat memperkaya wawasan sekaligus membuka pintu peluang baru.
5. Rancang rencana pengembangan keterampilan yang realistis
Rencana pengembangan harus bersifat praktis dan terukur: identifikasi keterampilan inti yang relevan dengan peran saat ini dan prospek peran yang diinginkan, kemudian pilih metode pembelajaran yang efisien, misalnya kursus singkat, microlearning, proyek sampingan, atau program sertifikasi. Pembelajaran yang terstruktur dan terukur meminimalkan perasaan kewalahan dan memberikan bukti progres nyata dalam mengatasi FOBO.
FOBO adalah respons yang wajar terhadap perubahan cepat di dunia kerja, tetapi bukan takdir yang harus ditakuti. Dengan strategi yang terstruktur, seperti menggabungkan pembelajaran teknis, penguatan power skills, perubahan pola pikir, dan dukungan networking, ketakutan akan menjadi landasan untuk bertumbuh. Baik individu maupun organisasi memiliki peran penting dalam menavigasi transformasi karir. Persiapan yang terencana dan pembelajaran berkelanjutan akan mengubah kecemasan menjadi keunggulan kompetitif di era kerja yang dinamis.
Informasi lebih lanjut:
Aqilla Sekar Ningrum Prastyo
Corporate Communication
PT Mitra Utama Madani
corcom@mum.co.id