Strategi Efektif Hadapi Rekan Kerja yang Sulit Diajak Kerja Sama Tanpa Merusak Hubungan

Bekerja dalam tim adalah bagian tak terelakkan dari dunia profesional. Namun, tidak semua anggota tim memiliki gaya kerja atau kepribadian yang selaras. Ketika menghadapi rekan kerja yang sulit diajak bekerja sama, baik karena sikap pasif-agresif, kurang komunikasi, atau dominasi berlebihan, tantangan pun muncul. Situasi ini bisa memicu stres, menurunkan produktivitas, dan bahkan merusak suasana kerja.

Namun, bersikap konfrontatif bukan satu-satunya jalan. Ada banyak strategi yang bisa diterapkan untuk menjaga hubungan tetap profesional, sekaligus menyelesaikan tugas dengan efektif. Berikut lima strategi praktis yang dapat membantu Anda mengelola dinamika ini dengan bijak, seperti dirangkum dari seek.com.au (2025).

1. Kenali Akar Masalah, Bukan Hanya Sikapnya

Langkah pertama dalam menghadapi rekan kerja yang sulit adalah dengan memahami mengapa mereka bersikap demikian. Apakah mereka merasa terancam? Kurang percaya diri? Atau justru sedang menghadapi tekanan pribadi?

Menurut Seek (2025), alih-alih langsung bersikap defensif, lebih baik amati pola perilaku rekan tersebut. Apakah mereka hanya sulit di proyek tertentu? Apakah mereka bersikap sama terhadap semua orang, atau hanya kepada Anda? Dengan memahami akar penyebabnya, Anda bisa memilih pendekatan yang lebih empatik dan terarah.

Pendekatan yang empatik dan terarah berarti Anda mencoba menempatkan diri pada posisi mereka, memahami latar belakang emosional atau profesional yang mungkin sedang mereka hadapi, sehingga Anda bisa menyesuaikan cara berinteraksi. Misalnya, jika rekan tersebut cenderung tertutup karena tidak percaya diri, Anda bisa memberi ruang lebih banyak untuk mendengarkan pendapat mereka atau menyemangati kontribusi kecil yang mereka berikan. Sementara jika sumber masalahnya adalah tekanan beban kerja, Anda bisa membantu mengatur ritme kolaborasi agar tidak menambah tekanan yang ada. Pendekatan ini membuat Anda tidak hanya bereaksi terhadap perilaku, tetapi juga bertindak berdasarkan pemahaman yang lebih mendalam, yang sering kali menjadi kunci dari perbaikan hubungan kerja.

2. Bangun Komunikasi yang Terbuka dan Objektif

Komunikasi adalah fondasi dari kerja sama. Jika Anda merasa terganggu oleh sikap rekan kerja, bicarakan secara langsung dan profesional. Hindari nada menyalahkan, dan fokus pada fakta serta dampaknya terhadap pekerjaan.

Menurut ahli psikologi organisasi Michelle Alter dalam artikel seek.com.au (2025), alih-alih terpaku pada perbedaan karakter atau kebiasaan pribadi, akan jauh lebih produktif jika kita mengarahkan fokus pada tujuan bersama, seperti target project, keberhasilan tim, atau nilai kerja yang sama-sama dijunjung. Dengan begitu, interaksi tidak terjebak dalam ketegangan personal dan tetap berorientasi pada hasil yang ingin dicapai.

Alter juga menekankan pentingnya menjaga batas profesional dalam interaksi sehari-hari. Batas ini tidak hanya mencegah emotional contagion, atau tertular emosi negatif dari rekan kerja, tetapi juga membantu menjaga emosi tetap stabil di lingkungan kerja yang penuh tekanan. Membangun kesadaran terhadap reaksi diri sendiri juga penting agar Anda bisa merespons situasi dengan tenang dan tidak mudah terpancing.

3. Fokus pada Tujuan Bersama, Bukan Perbedaan Pribadi

Jika Anda merasa perlu menyampaikan keberatan secara langsung kepada rekan kerja yang sulit diajak kerja sama, penting untuk memilih waktu dan pendekatan yang tepat. Hindari menyampaikan keluhan di tengah tekanan proyek atau saat suasana hati sedang buruk, karena hal ini hanya akan memperburuk situasi.

Dikutip dari seek.com.au (2025), psikolog organisasi Michelle Alter menyarankan agar percakapan dilakukan di waktu yang tenang, misalnya saat jam kerja tidak terlalu padat atau di luar waktu deadline. Selain itu, ada beberapa tips agar diskusi berjalan efektif tanpa memperkeruh suasana:

  • Pilih waktu yang tepat, misalnya saat suasana kantor sedang kondusif dan tidak terburu-buru. Hindari mengajak bicara ketika rekan sedang sibuk atau stres.

  • Bahas perilaku, bukan pribadi. Fokus pada tindakan atau kebiasaan yang berdampak pada kerja tim, bukan sifat atau karakter orangnya.

  • Gunakan kalimat “saya”, contohnya: “Saya merasa kesulitan bekerja sama ketika rekan satu tim tidak terbuka untuk berdiskusi atau menolak masukan tanpa penjelasan." Kalimat seperti ini membantu menyampaikan perasaan tanpa membuat lawan bicara merasa disalahkan.

  • Dengarkan dengan sungguh-sungguh. Beri ruang bagi rekan kerja untuk menjelaskan sudut pandangnya. Bisa jadi ada alasan tertentu di balik sikap atau respon yang selama ini terlihat mengganggu.   

4. Gunakan Batasan Sehat agar Tidak Terkuras Emosional

Jika hubungan kerja dengan rekan Anda mulai mengganggu produktivitas, tidak ada salahnya melibatkan atasan dengan cara yang tepat. Psikolog organisasi Michelle Alter, dikutip dari seek.com.au (2025), menyarankan untuk tidak menjadikan keluhan sebagai inti pembicaraan. Alih-alih mengeluh soal kepribadian rekan kerja, lebih baik fokus menjelaskan bagaimana situasi tersebut memengaruhi kinerja Anda. 

Misalnya, Anda bisa menjelaskan bahwa Anda bekerja lebih optimal dalam suasana kerja yang kolaboratif, namun akhir-akhir ini kesulitan karena komunikasi dengan rekan tertentu menjadi penghambat. Agar lebih objektif, Anda juga disarankan mencatat interaksi-interaksi penting yang terasa mengganggu, baik untuk keperluan refleksi pribadi maupun jika dibutuhkan saat berdiskusi dengan manajer. Pendekatan seperti ini menunjukkan profesionalisme dan niat baik untuk menyelesaikan masalah, bukan sekadar menyalahkan pihak lain.

5. Pahami Apa yang Bisa Anda Lakukan Sesuai Kebijakan Kantor

Jika situasi dengan rekan kerja mulai berdampak serius pada produktivitas atau kesehatan mental Anda, penting untuk mengetahui langkah yang bisa diambil secara internal sesuai kebijakan perusahaan. Anda dapat memulai dengan mencatat interaksi atau kejadian yang dirasa mengganggu, sehingga memiliki referensi yang objektif bila diperlukan. Setelah itu, sampaikan kekhawatiran Anda kepada atasan secara profesional, bukan dalam bentuk keluhan pribadi, melainkan dengan menjelaskan bagaimana situasi tersebut memengaruhi pekerjaan Anda.

Bila perlu, Anda juga bisa berkonsultasi dengan divisi HR (Human Resources) yang biasanya memiliki prosedur penanganan konflik kerja atau sistem pelaporan internal. Sebagian besar perusahaan memiliki kebijakan tertulis terkait etika kerja, komunikasi antar-karyawan, serta mekanisme penyelesaian masalah. Memahami aturan ini bisa membantu Anda mengambil langkah yang tepat tanpa memperburuk situasi.

Bangun Kerja Sama Tanpa Harus Mengorbankan Diri Sendiri

Berhadapan dengan rekan kerja yang sulit adalah tantangan yang kerap ditemui dalam perjalanan profesional. Namun, dengan pendekatan yang tepat, dari mengenali akar masalah, membangun komunikasi efektif, hingga melibatkan atasan jika perlu, Anda tetap bisa menjaga integritas, produktivitas, dan hubungan profesional yang sehat.

Ingatlah bahwa lingkungan kerja yang positif bukan hanya tanggung jawab manajemen, tetapi juga kontribusi setiap individu. Jadi, jika Anda tengah menghadapi rekan kerja yang menyulitkan, cobalah lima strategi di atas untuk menavigasi dinamika tersebut tanpa perlu konflik yang tidak perlu.

Sukses di dunia kerja bukan hanya soal keahlian teknis, tapi juga tentang emotional intelligence dan kemampuan menjalin kerja sama dengan berbagai tipe kepribadian. Dan kabar baiknya: kemampuan itu bisa dilatih dan dikuasai.

 

Informasi lebih lanjut:

Aqilla Sekar Ningrum Prastyo

Corporate Communication

PT Mitra Utama Madani

corcom@mum.co.id

www.mum.co.id