Pernah Sering Pindah Kerja? Itu Namanya Job Hopping — Begini Cara Menjadikannya Nilai Plus

Di masa lalu, sering berpindah pekerjaan atau job hopping dianggap sebagai tanda ketidakstabilan karier. Namun, di era profesional modern, pandangan itu mulai bergeser. Menurut SEEK (2025), berpindah pekerjaan dalam rentang waktu satu hingga dua tahun kini tidak selalu dilihat negatif, bahkan bisa menjadi sinyal positif tentang kemampuan adaptasi seseorang. 

Meski sebagian besar profesional masih merasa perlu bertahan minimal 12 bulan agar profilnya tampak solid, banyak perekrut masa kini justru menilai job hopper sebagai individu yang dinamis dan terbuka terhadap peluang belajar baru.

Perubahan pandangan ini menunjukkan bahwa pasar kerja semakin menyesuaikan diri dengan realitas dunia profesional yang cepat berubah. Namun, agar job hopping dapat menjadi nilai tambah, diperlukan cara penyajian yang tepat saat menjelaskan pengalaman tersebut.

1. Kejujuran Tetap Jadi Pondasi

Langkah pertama untuk mengubah job hopping menjadi keunggulan adalah dengan bersikap jujur. Jangan tergoda untuk mengubah tanggal atau menyembunyikan masa kerja di CV karena transparansi justru menunjukkan integritas. Perekrut kini lebih menghargai kejujuran daripada catatan karier yang tampak sempurna di atas kertas. Ketika fakta disajikan dengan terbuka, kandidat menunjukkan rasa percaya diri terhadap perjalanan kariernya sendiri.

Sikap terbuka ini juga memberi kesan bahwa Anda mampu bertanggung jawab atas keputusan profesional yang diambil. Setelah kejujuran dijaga, hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah menjelaskan alasan di balik setiap perpindahan dengan cara yang rasional dan profesional.

2. Jelaskan Alasan Perpindahan Secara Profesional

Pindah kerja bukan berarti gagal beradaptasi. Dalam banyak kasus, perpindahan justru menunjukkan keinginan untuk berkembang. Anda dapat menjelaskan bahwa keputusan tersebut didorong oleh kebutuhan akan tantangan baru, keinginan memperluas kemampuan, atau karena lingkungan kerja sebelumnya tidak lagi sehat dan produktif.

Dengan memberikan konteks yang jelas, perekrut dapat melihat bahwa langkah berpindah bukan dilakukan secara impulsif, melainkan dengan pertimbangan matang untuk kemajuan karier. Setelah alasan dijelaskan dengan baik, penting juga untuk menyoroti hal paling esensial dari setiap pengalaman kerja, yakni pembelajaran dan pencapaian yang diraih.

3. Tekankan Pembelajaran dan Pencapaian di Tiap Posisi

Setiap pekerjaan, meski berlangsung singkat, pasti meninggalkan pelajaran berharga. Di sinilah kesempatan Anda untuk menunjukkan nilai tambah dari perjalanan karier yang beragam. Ceritakan kompetensi baru yang diperoleh, tantangan yang berhasil diatasi, hingga keterampilan adaptasi yang semakin terasah.

Misalnya, dari satu pekerjaan Anda mungkin belajar tentang mengelola sebuah project, sementara dari pekerjaan lain Anda memahami strategi komunikasi lintas departemen. Semua pengalaman itu membentuk fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi di berbagai situasi kerja. Dengan cara ini, job hopping bukan lagi dianggap sebagai lompatan acak, melainkan perjalanan pembelajaran yang berkelanjutan.

Pada akhirnya, job hopping bukan lagi hal negatif dalam dunia profesional. Dengan komunikasi yang jujur, alasan yang kuat, dan penekanan pada pembelajaran di setiap langkah, pengalaman berpindah kerja bisa menjadi bukti kemampuan adaptif dan semangat belajar tinggi. Dunia kerja yang dinamis menuntut individu yang fleksibel, bukan hanya yang bertahan lama. Jadi, alih-alih melihat job hopping sebagai kelemahan, ubahlah cara pandangnya, dan jadikan itu sebagai cermin dari perjalanan karier yang progresif dan penuh potensi.

 

Informasi lebih lanjut:

Aqilla Sekar Ningrum Prastyo

Corporate Communication

PT Mitra Utama Madani

corcom@mum.co.id

www.mum.co.id