Mengenal 6 Tipe Working Style dan Dampaknya di Dunia Kerja
Setiap individu memiliki pendekatan kerja yang berbeda. Dalam dunia profesional yang semakin kompleks dan kolaboratif, memahami perbedaan gaya kerja (working style) menjadi penting untuk membangun komunikasi yang efektif, mencegah konflik, dan menciptakan tim yang lebih produktif. Berdasarkan penjabaran dari seek.com (2025), terdapat enam tipe working style utama yang dapat dijumpai di lingkungan kerja. Pemahaman atas tipe-tipe ini dapat membantu perusahaan dan karyawan mengelola ekspektasi, menyelaraskan cara kerja, dan menempatkan talenta pada posisi yang sesuai.
1. Gaya Kerja Logis (Logical)
Ditandai dengan pendekatan analitis, sistematis, dan berbasis data, individu dengan gaya ini cenderung unggul dalam menyusun strategi atau mengurai masalah kompleks. Di Indonesia, gaya ini sering ditemukan pada analis keuangan atau data scientist di perusahaan besar yang bertugas mengevaluasi laporan dan merancang keputusan berbasis angka. Misalnya, seorang analis keuangan di bank BUMN memeriksa laporan bulanan, menggunakan data untuk menemukan tren, dan menyusun strategi mitigasi risiko yang jelas bagi manajemen.
2. Gaya Kerja yang Berorientasi pada Detail (Detail-Oriented)
Gaya kerja ini mencerminkan ketelitian dan fokus tinggi terhadap kualitas. Orang dengan gaya ini sangat memperhatikan akurasi dan prosedur. Mereka ideal ditempatkan di bidang editorial, akuntansi, atau kontrol kualitas. Misalnya, seorang editor di perusahaan media digital akan memastikan bahwa setiap artikel yang tayang telah melalui pemeriksaan ejaan, fakta, dan relevansi SEO.
3. Gaya Kerja Pendukung (Supportive)
Tipe supportive menonjolkan sensitivitas emosional, empati, dan kemampuan membina hubungan. Gaya ini sangat cocok untuk bidang yang memerlukan interaksi interpersonal tinggi seperti SDM atau layanan pelanggan. Seorang staf HR, misalnya, bisa menggunakan pendekatan supportive untuk memediasi konflik atau menyusun program kesejahteraan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan.
4. Gaya Kerja Ideatif (Idea-Oriented)
Tipe pekerja dengan gaya kerja ini adalah seseorang yang penuh gagasan, visioner, dan senang mengeksplorasi kemungkinan baru. Mereka sangat berharga di divisi kreatif seperti pemasaran, inovasi produk, dan branding. Contohnya, tim kreatif di perusahaan e-commerce lokal dapat mengusulkan kampanye bertema budaya lokal untuk membangun kedekatan emosional dengan audiens.
5. Gaya Kerja Kooperatif (Cooperative)
Adapun gaya cooperative berfokus pada kerja sama tim dan komunikasi terbuka. Individu dengan gaya ini lebih senang terlibat dalam diskusi dan kolaborasi ketimbang bekerja sendiri. Contohnya, seorang manajer proyek konstruksi yang secara rutin mengadakan rapat harian singkat di pagi hari untuk menyampaikan perkembangan pekerjaan, mendengarkan hambatan yang dihadapi anggota tim, serta menyamakan target harian agar semua pihak tetap berada pada jalur yang sama.
6. Gaya Kerja Kedekatan (Proximity)
Terakhir, gaya proximity menggambarkan keseimbangan antara kerja mandiri dan kolaboratif. Orang dengan gaya ini biasanya memulai tugas secara independen, lalu berkonsultasi sebelum tahap akhir. Contohnya adalah seorang desainer UI/UX di perusahaan start-up teknologi yang bekerja sendiri dalam tahap riset awal sebelum menguji hasilnya bersama tim pengembang.
Dampak Positif Penerapan Working Style di Indonesia
Dengan memahami dan menerapkan gaya kerja secara komprehensif, organisasi di Indonesia dapat meraih sejumlah manfaat strategis. Pertama, perusahaan dapat menempatkan karyawan sesuai dengan kekuatan alaminya—misalnya, individu yang detail-oriented ditempatkan di bidang quality control untuk memastikan standar mutu produk; karyawan dengan gaya supportive mengisi posisi di HR atau layanan pelanggan; dan mereka yang idea-oriented diperankan dalam divisi kreatif atau inovasi.
Kedua, pemahaman gaya kerja dapat memperkuat kolaborasi tim. Kombinasi antara pemikir konseptual dan pemikir analitis memungkinkan tim menyusun ide segar sekaligus mengeksekusinya dengan rencana matang. Misalnya, saat menyusun kampanye pemasaran, tim kreatif menghasilkan konsep sementara analis data memastikan strategi yang diambil memiliki dasar pasar yang kuat.
Ketiga, penerapan gaya kerja yang beragam turut membantu mencegah konflik internal. Ketika anggota tim menyadari bahwa setiap orang memiliki pendekatan kerja yang berbeda dan sama-sama valid, mereka akan lebih terbuka, saling menghargai, serta bersikap adaptif dalam menghadapi tantangan tim. Ini menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan saling mendukung.
Pemahaman tentang gaya kerja ini tidak hanya bermanfaat bagi tim, tetapi juga berkontribusi terhadap ketangguhan karier individu. Dengan mengenali pendekatan kerja terbaik sesuai karakter pribadi, setiap profesional dapat meningkatkan performa, memperkuat posisi di tim, serta menavigasi dinamika dunia kerja yang cepat berubah dengan lebih percaya diri dan adaptif.
Informasi lebih lanjut:
Aqilla Sekar Ningrum Prastyo
Corporate Communication
PT Mitra Utama Madani
corcom@mum.co.id