Kompetensi Kerja Generasi Z di tengah Disrupsi Teknologi
Generasi Z (Gen Z) adalah Generasi tepat setelah Generasi Millenial. Sage Journals, 2020: Gen Z merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012. Ini berarti mereka sekarang berusia 11-26 tahun. Gen Z merupakan kelompok generasi yang merasakan langsung perubahan signifikan teknologi yang dulunya masih sangat terbatas hingga sekarang bergerak begitu dinamis. Beberapa dari Generasi ini sudah mulai terjun ke dunia kerja dipandang mampu membawa angin segar kepada segelintir perusahaan yang sempat terguncang ketika dihadapi dengan tantangan disrupsi teknologi. Mereka diyakini dapat mengidentifikasi potensi skala pengalihan pekerja dengan automasi teknologi dan augmentasi teknologi, juga strategi efektif untuk transisi bisnis. Adanya tantangan bisnis tersebut yang kini tengah di hadapi dan mungkin masih terus berlanjut pada generasi berikut berpengaruh terhadap peliknya kompetisi dalam penguasaan teknologi di dunia kerja.
Tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan dampak pula kepada persaingan bisnis saat terjadi transisi dari sistem konvensional menjadi technology-oriented. Disamping itu, perusahaan juga cenderung lebih dituntut agar cepat beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang muncul secara dinamis.
PT Mitra Utama Madani (MUM) sebagai perusahaan industri jasa dengan kebutuhan yang tinggi terhadap penggunaan teknologi, juga mengalami kompetisi dalam penguasaan teknologi. Pemilihan teknologi yang tepat menjadi sangat krusial untuk menghasilkan operasi yang efisien. Teknologi juga dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan tren di dunia kerja, contohnya kecenderungan meningkatnya pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI), untuk melaksanakan tugas-tugas kognitif seperti Chatbot, yang mana hal ini dapat mengurangi lapangan pekerjaan.
MUM sebagai perusahaan penyedia jasa tenaga alih daya bertujuan untuk mendukung pertumbuhan bisnis di Indonesia yang profesional. Apabila era semakin berkembang menjadi serba digital, maka MUM dapat berperan aktif menjadi penyedia tenaga kerja berbasis teknologi yang juga mumpuni khususnya untuk para tenaga kerja pemula yang termasuk dalam kelompok Generasi Z.
Modernisasi proses bisnis menjadi strategi MUM, untuk terus berkomitmen menggelar berbagai kegiatan pelatihan, termasuk melaksanakan sejumlah program yang diharapkan dapat mencetak tenaga kerja profesional. MUM berupaya menumbuhkan semangat memunculkan potensi tenaga kerja dengan inovasi adaptasi dan kolaborasi bersama seluruh stakeholder pentahelix.
Langkah ini diambil MUM untuk mendukung target pemerintah: 4,4 juta lapangan kerja baru pada 2024. Inisiatif Perusahaan ini juga sejalan dengan Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-13/MBU/11/2020 tentang Cross Mentoring Badan Usaha Milik Negara Untuk mengoptimalkan potensi, mengembangkan, dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
Seorang ahli pendidikan dan kebijakan multikultural, Hatim Gazali, menyebutkan bahwa Generasi Z memiliki akses dan ketergantungan besar terhadap hal-hal canggih.
Oleh karena itu, kondisi ini bisa menjadi nilai ‘plus’ sebab mereka lebih cepat piawai dalam pengoperasian fitur-fitur digital di kantor. Yang mana skill ini sangatlah diperlukan dalam pertumbuhan korporasi kedepannya hingga bukan saja karyawannya yang mampu bersaing secara kompeten namun dinamika perusahaan di tempat mereka bekerja juga pun seperti itu.
Generasi Z yang sekarang berada pada rentang usia mulai dari 21 sampai dengan 26 tahun (fresh graduates hingga mid-level), kerapkali dianggap sebagai ‘kutu loncat.’ Alasan mereka bisa macam-macam seperti kurang cocok, nggak betah sampai tidak sesuai dengan passion, atau ekspektasi pribadi di awal. Dikarenakan mereka belum benar-benar tahu minat dan bakatnya ada dimana.
Alhasil, saran dan juga kritik yang membangun dari sosok HR consultant sangatlah dicari. Sebagai mitra Human Resource Solution, PT. Mitra Utama Madani (MUM), kami bermaksud untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terlatih guna mendukung kegiatan operasional perusahaan.
Layanan jasa dari MUM bisa menjadi sebuah opsi alternatif baik yang patut dipertimbangkan oleh para tenaga kerja pemula. Kami percaya bahwa mereka yang notabene ada di kelompok Generasi Z ini punya jiwa kompetensi yang tinggi namun sayang motivasinya masih mudah goyah, dan membutuhkan arahan dari profesional.
Kalau sudah siap, maka tolok ukur atau standar kompetensinya juga bisa jadi mampu melonjak secara pesat. Menurut Sapta Putra Yadi, selaku Ketua Dewan Pembina IndHRI (Indonesia Human Resource Institute), jika tidak ada standar kompetensi, Indonesia tidak bisa mengukur kemampuan SDM dengan baik. “Misalnya Serikat Pekerja sering meributkan masalah gaji. Di satu sisi gaji minta naik tapi produktivitasnya tidak terukur. Kenapa? karena standar kompetensinya tidak ada. Sertifikasi ini harus kita dorong di segala bidang profesi,” papar Sapta.
Jika individu-individu ini tersertifikasi atau memiliki standar kompetensi tertentu maka Indonesia secara keseluruhan akan menjadi kompeten.
Sedangkan, Dirjen Binalattas Kementerian Ketenagakerjaan RI, Khairul Anwar mengatakan bahwa untuk meningkatkan realisasi peningkatan kompetensi dan percepatan sertifikasi, perlu didorong bagaimana memberikan kemudahan akses dan penjaminan mutu. “Karena itu harus dipersiapkan infrastruktur berupa standar kompetensi yang harus diselesaikan, lembaga sertifikasi profesinya harus diperbanyak, serta mempersiapkan asesornya,” ucap Khairul.
Guna mendukung hal tersebut MUM memiliki strategi unit bisnis yaitu LSP-PNM yang dapat memfasilitasi pelaksanaan uji kompetensi sesuai prinsip-prinsip asesmen, yaitu Valid, Reliable, Fair dan Flexible (VRFF) dengan adanya aturan bukti Valid Asli Terkini Memadai (VATM) serta sistem rekaman yang bermutu, mampu telusur, memastikan terstandarisasi sesuai Pedoman BNSP dan ketentuan yang terkait lainnya.
Umumnya, SDM merupakan aset utama dalam mencapai keberhasilan korporasi, karena mereka penggerak utama (prime mover) yang menjalankan semua kegiatan ketenagakerjaan yang berlangsung. Mereka harus memiliki kompetensi dan engagement yang kuat terhadap perusahaan, serta mampu bekerja secara agile dan collaborative. Berkat adanya perkembangan teknologi digital banyak pihak yang diuntungkan. Selain itu, hal ini juga memicu kompetensi kerja Generasi Z menjadi semakin diperhatikan. Maka, munculnya disrupsi teknologi bukan menjadi halangan justru sebagai sarana untuk bergerak lebih maju.