Ironi Dunia Kerja RI: Banyak Pelamar, tapi Skill Tak Sesuai – Begini Solusinya!

Di Indonesia, ribuan orang melamar pekerjaan setiap harinya. Namun, realitas di lapangan sering kali mengejutkan: dari sekian banyak pelamar, hanya segelintir yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan industri. Fenomena ini diungkapkan kembali oleh Kementerian Ketenagakerjaan dalam laporan terbarunya, seperti dilansir Okezone (2025), bahwa tingkat pengangguran terdidik masih tinggi karena ketidaksesuaian keterampilan (mismatch of skills) dengan kebutuhan pasar kerja. Banyak perusahaan membuka lowongan, tetapi sulit mendapatkan kandidat yang kompeten di bidang yang mereka butuhkan. Lalu, kenapa hal ini bisa terjadi, dan apa yang bisa dilakukan oleh para pencari kerja agar tidak terjebak dalam “ironi dunia kerja” ini?

Mengapa Banyak Pelamar Tidak Sesuai dengan Kebutuhan Industri?

Salah satu penyebab utama adalah ketidaksesuaian antara pendidikan yang ditempuh dengan keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja. Banyak lulusan yang masih fokus pada teori, sedangkan industri menginginkan kemampuan teknis yang langsung bisa diterapkan. Selain itu, perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat skill set yang dibutuhkan perusahaan pun ikut berubah. Contohnya, saat ini banyak perusahaan menginginkan kandidat yang memahami digital, paham dasar analisis data, atau bahkan terbiasa menggunakan tools manajemen proyek modern, namun kemampuan tersebut belum tentu diajarkan secara mendalam di bangku kuliah.

Belum lagi adanya soft skills yang sering diabaikan. Banyak pelamar memiliki nilai akademis baik, tetapi kurang dalam kemampuan komunikasi, kerja sama tim, atau adaptasi terhadap perubahan. Kombinasi antara kurangnya hard skills dan soft skills inilah yang akhirnya membuat banyak pelamar gugur di tahap awal seleksi.

Solusi Konkret agar Tidak Terjebak Skill Mismatch

Kabar baiknya, kondisi ini bukan akhir dari segalanya. Ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan agar kamu sebagai pencari kerja lebih relevan dan dilirik oleh perusahaan.

1. Lakukan Self-Assessment dan Riset Pasar Kerja

Sebelum melamar pekerjaan, luangkan waktu untuk menilai diri sendiri. Apa saja keterampilan yang sudah kamu miliki? Apakah keterampilan tersebut sesuai dengan posisi yang kamu incar? Lakukan riset di platform seperti LinkedIn, Jobstreet, atau situs resmi perusahaan untuk melihat requirement yang paling sering dicantumkan. Dengan begitu, kamu bisa menemukan celah yang harus diperbaiki sebelum melamar.

2. Ikut Pelatihan atau Upskilling

Saat ini banyak pelatihan daring yang bisa diakses dengan biaya terjangkau, bahkan gratis. Misalnya, kamu bisa mengikuti pelatihan dari Kartu Prakerja, Ruang Kerja Kemdikbud, atau kursus internasional di Coursera, edX, dan Google Digital Garage. Jika perusahaan membutuhkan kemampuan analisis data, cobalah pelatihan dasar Google Spreadsheet atau Data Studio. Jika kamu melirik bidang pemasaran, asah kemampuanmu di digital marketing melalui kursus social media management.

3. Perkuat Soft Skills melalui Pengalaman Nyata

Selain hard skills, perusahaan sangat memperhatikan bagaimana kamu berkomunikasi, menyelesaikan masalah, atau bekerja dalam tim. Cobalah ambil peran aktif di organisasi, komunitas, atau proyek freelance kecil-kecilan. Misalnya, ikut menjadi panitia sebuah acara dan belajar mengelola waktu, bernegosiasi dengan vendor, atau menyelesaikan konflik internal. Pengalaman-pengalaman kecil ini sangat berharga untuk ditonjolkan dalam wawancara kerja.

4. Tunjukkan Keterampilanmu Secara Nyata

Daripada hanya mencantumkan daftar kemampuan di CV, coba buat portofolio atau contoh karya yang bisa menunjukkan bahwa kamu benar-benar menguasai bidang tersebut. Jika kamu melamar posisi desain grafis, sertakan tautan ke portofolio daring. Jika kamu melamar sebagai digital marketer, tunjukkan data kampanye media sosial yang pernah kamu kelola. Bukti nyata akan lebih meyakinkan perekrut dibanding sekadar klaim.

5. Bangun Kebiasaan Belajar Sepanjang Hayat

Industri tidak akan berhenti berubah. Kunci untuk tetap relevan adalah menjadikan belajar sebagai kebiasaan. Luangkan waktu setiap minggu untuk membaca artikel industri, menonton webinar, atau mencoba tools baru yang relevan dengan pekerjaanmu. Misalnya, seorang customer service kini dituntut untuk memahami CRM tools seperti HubSpot atau Zoho; atau seorang staf administrasi perlu terbiasa menggunakan task management tools seperti Trello atau Notion. Dengan begitu, kamu akan selalu siap menghadapi tantangan baru.

Fenomena banyaknya pelamar namun minim yang sesuai kebutuhan industri bukan sekadar tantangan, tetapi juga peluang untuk kita semua mengevaluasi diri. Dengan mengenali gap keterampilan, memperkuat hard skills dan soft skills, serta terus belajar mengikuti perkembangan zaman, kamu bisa keluar dari jebakan skill mismatch. Ingat, dunia kerja saat ini menghargai individu yang proaktif, mau belajar, dan mampu menunjukkan nilai tambahnya. Jadi, mulailah dari sekarang untuk evaluasi dirimu, lengkapi kemampuanmu, dan buktikan bahwa kamu adalah talenta yang layak bersaing di era baru dunia kerja Indonesia.

 

Informasi lebih lanjut:

Aqilla Sekar Ningrum Prastyo

Corporate Communication

PT Mitra Utama Madani

corcom@mum.co.id

www.mum.co.id