7 Rintangan Paling Umum Saat Mencari Pekerjaan dan Cara Melewatinya
Proses mencari kerja bukan sekadar soal mengirimkan lamaran dan menunggu kabar. Di balik setiap lowongan yang diincar, terdapat berbagai tantangan yang bisa menguras energi, waktu, dan bahkan kepercayaan diri. Banyak pencari kerja merasa kebingungan harus mulai dari mana, atau justru terlalu terburu-buru sehingga mengabaikan strategi yang tepat. Tak jarang pula, CV yang dibuat seadanya akhirnya tenggelam di antara ratusan pelamar lain, sementara proses wawancara bisa terasa menegangkan dan penuh tekanan.
Di sisi lain, tidak semua perusahaan memberi umpan balik, sehingga penolakan yang berulang atau bahkan ghosting bisa memicu rasa frustasi. Dalam situasi seperti ini, penting untuk mengenali berbagai rintangan yang umum dihadapi selama pencarian kerja, agar kita bisa menyiapkan langkah antisipatif dan solusi yang tepat. Artikel ini akan mengulas tujuh rintangan paling umum dalam proses mencari kerja, sekaligus menawarkan strategi praktis untuk membantu melewatinya dengan lebih percaya diri dan terarah.
Kenali Hambatannya, Siapkan Strateginya
Sebelum melangkah lebih jauh, penting untuk memahami apa saja yang kerap menghalangi proses pencarian kerja agar Anda tidak terjebak di titik yang sama berulang kali.
1. Bingung Menentukan Langkah Awal
Salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi pencari kerja adalah kebingungan untuk memulai dari mana. Banyak orang terburu-buru melamar pekerjaan tanpa arah yang jelas, hanya demi segera mendapatkan pekerjaan, tanpa mempertimbangkan apakah posisi tersebut sesuai dengan kemampuan, nilai, atau minat mereka.
Dikutip dari seek.com.au (2025), langkah awal yang penting sebelum mulai melamar adalah melakukan self-assessment, yakni mengenali kekuatan diri, minat pribadi, nilai yang diyakini, serta tipe organisasi yang sesuai dengan kepribadian dan tujuan karier. Dengan pemahaman ini, pencari kerja dapat menyusun strategi pencarian kerja yang lebih terfokus dan efektif. Gunakan fitur penyaringan seperti lokasi, kisaran gaji, serta jenis kontrak agar proses pencarian tidak melebar ke mana-mana dan tetap selaras dengan target karier yang diinginkan.
2. Persaingan yang Tinggi
Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, satu posisi bisa diminati oleh ratusan pelamar dengan latar belakang yang beragam. Hal ini membuat pencari kerja perlu memiliki strategi khusus agar dapat menonjol di antara kandidat lain. Salah satu caranya adalah dengan membangun personal branding yang kuat, baik melalui media sosial profesional seperti LinkedIn maupun portofolio digital yang memperlihatkan pencapaian dan keahlian.
Selain itu, penting untuk terus meningkatkan keterampilan yang relevan, misalnya dengan mengikuti pelatihan atau sertifikasi meskipun sedang tidak bekerja. Langkah ini menunjukkan bahwa kandidat tetap produktif dan berkomitmen terhadap pengembangan diri. Terakhir, lakukan riset mendalam terhadap perusahaan, pelajari visi, misi, dan produk mereka, sehingga saat melamar atau di wawancara, kandidat dapat menunjukkan ketertarikan dan kecocokan yang nyata dengan budaya organisasi.
3. Diskriminasi Terselubung dalam Proses Rekrutmen
Meskipun tidak selalu disadari, diskriminasi dalam proses pencarian kerja masih kerap terjadi di Indonesia, baik secara langsung maupun terselubung. Hal ini bisa muncul dalam bentuk penilaian berdasarkan usia, domisili, foto di CV, hingga asal institusi pendidikan. Beberapa perusahaan secara tidak tertulis mungkin lebih memilih pelamar dari kampus tertentu, atau menghindari kandidat yang dianggap “terlalu tua” atau tinggal terlalu jauh dari lokasi kerja.
Dikutip dari seek.com.au (2025), pelamar kerja perlu menyusun strategi agar tetap dinilai secara objektif. Salah satunya adalah dengan menyusun CV yang berfokus pada pencapaian dan kompetensi tanpa perlu mencantumkan informasi sensitif seperti alamat lengkap, tahun kelulusan, atau foto diri. Selain itu, penting untuk menonjolkan skill set yang relevan dan terkini, serta membangun kehadiran profesional secara daring, misalnya melalui LinkedIn, untuk menunjukkan kredibilitas dan kesiapan bersaing di dunia kerja.
4. Sulit Membuat CV Tampil Menonjol
Di tengah tingginya persaingan kerja, membuat CV yang mampu menarik perhatian perekrut menjadi tantangan tersendiri, terlebih dengan semakin banyaknya perusahaan yang menggunakan Applicant Tracking System (ATS) untuk menyaring lamaran secara otomatis. Sistem ini bekerja dengan memindai CV berdasarkan kata kunci yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan, sehingga CV yang tidak relevan atau terlalu kreatif dalam desain berisiko tereliminasi sebelum dibaca manusia.
Dikutip dari seek.com.au (2025), untuk meningkatkan peluang lolos tahap awal, pelamar perlu menyesuaikan isi CV dan surat lamaran dengan kata kunci yang terdapat dalam lowongan yang dituju. Sangat disarankan untuk menyesuaikan CV dengan posisi yang dilamar, bukan menggunakan satu CV yang sama untuk berbagai jenis pekerjaan. Setiap lowongan membutuhkan pendekatan berbeda, sehingga penting untuk menyoroti pengalaman dan keterampilan yang paling relevan dengan kebutuhan perusahaan. Gunakan format yang sederhana dan bersih, hindari tabel rumit, ikon, atau elemen grafis yang dapat menyulitkan sistem Applicant Tracking System (ATS) membaca dokumen. Selain itu, tampilkan pencapaian yang terukur dan nyata, seperti “meningkatkan penjualan sebesar 20% dalam 3 bulan,” agar perekrut langsung melihat nilai konkret yang bisa dibawa kandidat ke perusahaan.
5. Tekanan Saat Wawancara Kerja
Wawancara kerja sering kali menjadi tahap yang paling menegangkan dalam proses pencarian kerja karena adanya tekanan untuk tampil sempurna di hadapan perekrut. Banyak pencari kerja merasa cemas atau gugup, yang justru dapat mengganggu kemampuan mereka dalam menyampaikan potensi dan pengalaman secara maksimal.
Dikutip dari seek.com.au (2025), kunci untuk menghadapi wawancara dengan lebih percaya diri adalah persiapan yang matang. Pelajari pertanyaan umum yang sering diajukan dan latih jawaban bersama teman atau di depan cermin. Selain itu, penting juga untuk memahami profil perusahaan dan tanggung jawab posisi yang dilamar agar jawaban lebih relevan dan terarah. Selama wawancara, tunjukkan bahasa tubuh yang positif seperti kontak mata, senyuman, dan jabat tangan yang percaya diri. Kemudian, jangan ragu untuk meminta umpan balik kepada HR terkait kekurangan atau hal yang dapat ditingkatkan. Langkah ini menunjukkan sikap terbuka terhadap perbaikan dan kemauan untuk terus belajar. Setelah sesi berakhir, kirimkan email ucapan terima kasih sebagai bentuk profesionalisme dan apresiasi atas kesempatan yang diberikan.
6. Tidak Mendapat Kepastian atau Diabaikan (Ghosting)
Salah satu hal yang paling membuat frustrasi dalam proses pencarian kerja adalah ketika lamaran tidak mendapat tanggapan sama sekali, atau setelah wawancara justru tidak ada kabar lanjutan dari pihak perusahaan, fenomena yang dikenal dengan istilah ghosting. Ketidakpastian ini bisa memicu kecemasan dan membuat pencari kerja merasa tidak dihargai. Dikutip dari seek.com.au (2025), menghadapi situasi ini membutuhkan pendekatan yang lebih proaktif.
Jika memungkinkan, hubungi perekrut melalui telepon atau email sebelum mengirim lamaran untuk memastikan kecocokan awal. Setelah menjalani wawancara, jangan ragu menanyakan estimasi waktu pengumuman hasil dan mintalah izin untuk melakukan follow-up jika belum ada kabar. Bila respons tetap tidak datang, evaluasi kembali strategi pencarian kerja, apakah perlu memperluas jaringan profesional, menguatkan personal branding, atau menyoroti transferable skills yang selama ini mungkin belum cukup ditonjolkan.
7. Beban Emosional dan Kesehatan Mental yang Terkuras
Proses mencari kerja bukan hanya soal aktivitas teknis seperti melamar dan wawancara, tetapi juga menuntut ketahanan mental yang kuat. Tekanan finansial, harapan yang tidak selalu sejalan dengan hasil, hingga rasa lelah karena terus-menerus menunggu kabar, bisa menyebabkan stres berkepanjangan dan menurunkan motivasi. Dikutip dari seek.com.au (2025), banyak pencari kerja mengalami kelelahan emosional karena merasa harus selalu produktif dan membandingkan diri dengan orang lain.
Untuk menghindari hal ini, penting menerapkan manajemen waktu dan energi yang realistis. Alih-alih mencari kerja secara acak sepanjang hari, tetapkan waktu khusus, misalnya 2 hingga 3 jam per hari, untuk fokus pada pencarian lowongan, menyusun CV, dan melakukan riset. Gunakan fitur job alert dan filter pencarian untuk menghemat waktu dan menjaga efisiensi. Di luar itu, jangan abaikan pentingnya rehat, olahraga ringan, serta aktivitas yang menyenangkan agar suasana hati tetap seimbang selama menjalani proses ini.
Siapkan Strategi, Hadapi Proses dengan Percaya Diri
Mencari kerja memang penuh tantangan, mulai dari kebingungan memulai, tingginya persaingan, hingga tekanan wawancara dan beban emosional. Namun, dengan strategi yang tepat, setiap rintangan bisa dihadapi. Tetap fokus, siapkan diri, dan jaga kesehatan mental sepanjang prosesnya. Temukan peluang kerja yang sesuai dengan minat dan keahlian Anda di more.mum.co.id. Bisa jadi, langkah berikutnya adalah awal dari karier yang Anda impikan.
Informasi lebih lanjut:
Aqilla Sekar Ningrum Prastyo
Corporate Communication
PT Mitra Utama Madani
corcom@mum.co.id